Oleh: Juan Anthonio Salas

YinniHao.id- Senyummu memberikan kekuatan tersendiri bagiku. Senyummu juga membawa angin segar bagiku. Senyummu mampu memporak-porandakan hatiku. Senyummu yang merupakan
harapanku.

Aku kangen di mana setiap kali melihat senyum dan tawamu. Gigimu nan putih
memberikan kesejukan bagiku. Pipimu yang lucu membuat kegemasan tersendiri bagiku.

Senyummu, mampu memporak-porandakan hatiku. Aku berharap takdir terus mempertemukan kita, namun kini aku berharap keajaiban yang mempertemukan kita.

Terlalu melankolis memang jikalau melihatmu, namun tidak tahu kenapa selalu ada rasa tersendiri yang mengagumkan bagiku jika melihatmu. Bercerita denganmu memberikan warna baru bagiku. Terlalu mempesona memang jikalau bercerita denganmu, dengan segala kepintaranmu memberikan warna tersendiri bagiku.

Senyumanmu menembus sukma, dan ragaku tidak mampu menggapainya; bagaikan bagaskara yang menyinari bumi, senyummu juga menyinari hatiku; bagaikan burung cendrawasih yang memutari langit papua, senyummu mampu menggapai ufuk langit bumi.

Senyumanmu bagaikan cakrawala jingga di sore hari menyisakan sisa-sisa terang
yang menampakan wajahmu yang ceria. Dirimu sering berkata bahwa jikalau mempunyai masalah jikalau ingin cepat selesai segera cari akar permasalahannya, namun aku ingin bertanya bagaimana jikalau senyumannmu sendiri yang merupakan akar permasalahan itu?

Rindu? Memang rindu akan senyumanmu yang manis. Rindu akan kelakuan dan tingkahmu yang lucu dan menggemaskan. Ingin rasanya memelukmu dan melihat wajah senyumanmu yang indah nan mempesona.

Aku terkadang berpikir apakah kita hanyalah kunang-kunang dan engkau hanyalah senja. Saat gelap kita berbagi. Saat gelap kita abadi?

Jatuh hati pada senyumanmu seperti membuatku mempusatkan seluruh ragaku untuk hanya memperhatikanmu. Walau dirimu acap kali pergi di hadapanku, membuatku terus mengingat akan senyumanmu yang indah.

Susah memang jikalau ingin melupakan
senyumanmu yang khas itu, senyumanmu juga bagaikan obat yang menyembuhkanku, di antara dimensi ruang dan waktu, terkadang aku berpikir, apakah di dimensi lain aku beruntung memilikimu, namun kembali ke satu titik di mana aku merasa hampa tanpa
adanya kehadiranmu di sisiku, tanpa adanya senyuman manis di wajahmu.

Terkadang kamu menjadi pengingat bagiku untuk selalu mengingat akan adanya makhluk Tuhan yang amat
indah, mengagumi mu seperti mengagumi keajaiban Tuhan dengan menciptakanmu membuatku merasa bersyukur bahwa ada satu perempuan terindah yang pernah kulihat.

Ketika dikau berada di dekatku entah mengapa hati dan jantung ini terus berdebar acap kali melihat mu terutama dengan senyumanmu yang manis dan rupawan.

Romansa bertemu kamu memang susah untuk dilupakan, sering kali menjadikanku
ingatan yang tidak ingin kulupakan, namun sesungguhnya aku ingin bertanya denganmu apakah dirimu juga merasa begitu?

Kalau saja aku boleh memilih di hadapan Tuhan, aku ingin sekali terus berada
di dekatmu, untuk terus melihat senyummu yang indah, betapa indahnya senyumanmu, senyuman yang mampu menggetarkan sukma, senyuman yang mampu membuat hati ini berdebar kencang.

Tidak terasa aku berpikir, aku hanyalah manusia hampa di mana tidak ada
keberuntungan menghampiriku, sampai kapanpun rasa ini memang terus ada terhadapmu, rasa yang selalu ada, rasa yang tidak terbatas.

Egois memang jikalau aku yang hanya
mengingatmu tanpa dirimu mengingatku.
Senyumanmu adalah zat adiktif yang menggerogoti diriku sampai aku tidak tahu lagi apakah aku sedang sadar atau tidak, aku rindu sosokmu yang selalu memperhatikanku, namun yang bisa kulakukan sekarang adalah memandang senyumanmu dari kejauhan di mana
aku hanya bisa berdoa kepada Tuhan agar aku bisa segera menggapaimu.(*)


Penulis sedang menempuh pendidikan di Universitas Kun Shan, Tainan, Taiwan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *